Jelaskan Cara Kerja rangkaian MODULATOR FM:
PLL sebagai Modulator FM
Ketika berdiri sendiri, frekuensi
output VCO sangat tidak stabil. Hal ini disebabkan karena kapasitansi varaktor
dan kapasitansi intrinsik di dalam transistor yang digunakan, sangat
dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Bila suhu berubah maka frekuensi VCO akan
berubah, sehingga dinyatakan bahwa frekuensi VCO tidak stabil. Ketidak-stabilan
frekuensi VCO ini kemudian diatasi dengan sistem PLL.
Perubahan suhu lingkungan umumnya
berlangsung sangat lambat. Ordenya bisa detik, menit atau jam. Perubahan yang
lambat ini cukup mudah diikuti oleh Low Pass Filter (LPF) di dalam PLL. Sebab
time response dari LPF ini telah sengaja dibuat lambat. Nah ketika frekuensi
VCO berubah sedemikian cepat maka LPF tidak mampu lagi mengikuti perubahan itu.
Sifat inilah yang membuat PLL bisa dimanfaatkan sebagai Modulator FM.
Gambar
(a) Diagram blok konsep modulator FM menggunakan rangkaian PLL
Pada gambar (a) di atas sinyal pemodulasi dijumlahkan ke
dalam tegangan DC yang dihasilkan oleh LPF, sehingga tegangan yang diterima
oleh varaktor adalah tegangan DC ditambah dengan tegangan sinyal pemudulasi.
Akibatnya frekuensi VCO akan berubah-ubah sesuai perubahan sinyal pemodulasi.
Bila sinyal pemodulasi ini berupa sinyal audio dengan
frekuensi terrendah = 20 Hz, maka hal ini berartii bahwa perubahan yang paling
lambat akan terjadi dalam waktu = 1 / 20 Hz = 0.05 detik. Sementara itu time
response LPF telah sengaja dibuat misalnya = 0.07 detik. Maka perubahan
frekuensi VCO yang disebabkan oleh sinyal audio itu terlalu cepat bagi LPF
sehingga LPF tidak bisa mengikutinya.
Perubahan frekuensi VCO yang disebabkan karena perubahan
suhu, masih bisa diikuti oleh LPF. Sebab perubahan suhu jauh lebih lambat dari
time response LPF. Sangat jarang terjadi suhu berubah dalam waktu kurang dari 1
detik, sehingga time response LPF sebesar 0.07 detik akan terasa sangat
responsif terhadap perubahan suhu. Akan tetapi menghadapi perubahan sinyal
audio yang begitu cepat (lebih dari 0.05 detik) LPF tidak mampu lagi
mengikutinya. Oleh karena itu, walaupun frekuensi output VCO ini berubah-ubah
(sebanding dengan sinyal audio), tetapi frekuensi tengahnya akan selalu
terkunci oleh sistem PLL. Dengan kata lain, frekuensi pembawa dari sinyal FM
dalam sistem PLL adalah tetap (stabil).
Modulator Suara (FM) pada Siaran TV
Pada siaran TV, standar modulasi untuk memancarkan sinyal
suara adalah FM. Berikut ini akan dijelaskan contoh implementasi dari rangkaian
Modulator FM untuk siaran TV yang bekerja pada frekuensi IF = 33,4 MHz sesuai
rekomendasi CCIR. Frekuensi ini selanjutnay akan digeser ke frekuensi kerjanya
sesuai kanal yang dikehendaki. Tentang teknik pergeseran frekuensi ini bisa
dilihat lebih jauh pada artikel: Translasi Frekuensi.
Gambar
(b) Diagram blok modulator FM dengan frekuensi pembawa IF = 33,4 MHz
Pada Pemancar
TV, berdasarkan rekomendasi CCIR, frekuensi IF untuk sinyal
pembawa gambar telah ditetapkan sebesar 38,9 MHz yang implementasinya cukup
mudah dengan menggunakan osilator kristal. Osilator inilah yang kemudian bisa
dimanfaatkan juga sebagai frekuensi referensi PLL untuk membangkitkan sinyal
pembawa suara. Tujuannya adalah agar frekuensi pembawa gambar dan pembawa suara
ini keduanya bersumber pada satu pembangkit frekuensi yang sama, sehingga akan
diperoleh selisih frekuensi yang selalu sama (5,5 MHz). Di pesawat penerima TV
"frekuensi selisih" sebesar 5,5 MHz ini sangat penting karena
frekuensi ini digunakan sebagai frekuensi IF pembawa suara, yang kemudian
setelah melalui detektor FM akan menghasilkan sinyal audio.
Bilangan yang merupakan kelipatan terkecil dari 38,9 MHz dan
33,4 MHz adalah 0,1 MHz = 100 KHz. Oleh karena itu untuk mendapatkan frekuensi
33,4 MHz dari 38,9 MHz harus digunakan frekuensi referensi (fr) = 100 kHz,
dimana frekuensi ini bisa diperoleh melalui rangkaian pembagi dengan R = 389.
Tapi berhubung rangkaian pembagi 389 yang ditemukan dipasaran tidak mampu
membagi frekuensi di atas 20 MHz maka diperlukan sebuah rangkaian pre-scaler.
Dalam contoh ini pre-scaler yang dipilih adalah sebuah rangkaian pembagi 2.
Dengan demikian frekuensi referensi (fr) yang digunakan akan terbagi 2 menjadi
100 kHz/ 2 = 50 KHz. Frekuensi referensi inilah yang kemudian digunakan PLL
untuk mengunci frekuensi output VCO.
Ketika dalam kondisi terkunci, detektor fasa akan
mengeluarkan tegangan error berupa pulsa-pulsa DC. Oleh LPF pulsa-pulsa ini
diintegrasi hingga menjadi tegangan DC yang sangat rata dengan simpangan antara
0 s/d 5 volt. Untuk mendapatkan "capture range" (simpangan frekuensi
yang bisa dikunci) yang lebih lebar, diperlukan sebuah Penguat DC agar
simpangan tegangan DC ini bisa naik menjadi 0 s/d 15 volt DC.
Selanjutnya sebuah rangkaian penjumlah diperlukan untuk
menjumlahkan tegangan error DC itu dengan sinyal pemodulasi. Hasil
penjumlahannya kemudian diberikan kepada varaktor yang terdapat dalam rangkaian
VCO. Tegangan error DC berfungsi untuk mengunci frekuensi pembawa, sedangkan
sinyal pemodulasi berfungsi untuk membuat output VCO termodulasi secara FM.
Gambar (c) di bawah ini adalah salah satu contoh rangkaian modulator suara
untuk siaran TV.
Gambar
(c) Contoh rangkaian Modulator Suara. Klik di sini untuk ukuran gambar yang lebih besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar